Seluruh
alasan itu tidaklah berdiri sendiri. Artinya, untuk satu orang tertentu bisa
saja ikut S2 karena ingin menambah ilmu, naik pangkat sekaligus kalau dapat
jodoh, Alhamdulillah. Atau karena belum dapat pekerjaan, ikut S2, dan taunya
dapat tawaran pekerjaan begitu masuk kuliah seperti ikut project bersama
dosennya, dan lain-lain.
Kenapa
kuliah S2? Banyak alasan yang mengemuka. Setidaknya realitas yang ditemui atau
dirasakan. Berinteraksi dengan banyak rekan-rekan yang sedang kuliah atau yang
sudah menyelesaikan program masternya. Ya, banyak alasan kalau diperhatikan.
Kenapa seseorang lanjut kuliah S2. Walau tidak selamanya benar, tapi berikut
ini beberapa alasan Kenapa Kuliah S2
1. Berencana jadi dosen
Kenapa kuliah S2? “Ingin jadi Dosen”. Kalau
jawaban seperti ini, maka biasanya begitu tamat, langsung melanjutkan studi.
Mendaftar ke perguruan tinggi yang diminati, ikut test dan begitu lulus
bersegera untuk mendaftar ulang. Lepas itu, kuliah dan biasanya lulus dengan
cepat. Umumnya berasal dari mahasiswa yang prestasi akademiknya memang bagus
dan punya rencana masa depan untuk mengabdikan diri sebagai guru di perguruan
tinggi. Walau mungkin juga nantinya beralih ke dunia professional, lantaran
dunia akademik terasa membuatnya terkungkung dalam karya.
2. Mengincar pekerjaan tertentu
Ada juga kuliah S2 lantaran mengincar
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan kualifikasi s2. Kalau dosen, berarti masuk
dalam alasan nomor satu tadi. Tapi yang ini bukan untuk kualifikasi dosen,
walau pun juga mensyarakat S2. Tapi ini perkerjaan tertentu. Ada gak ya?
He..he. Ada tentunya. Yang sering buka halaman belakang media massa yang berisi
peluang karir atau lowongan pekerjaan tentunya lebih tahu.
3. Belum dapat kerja, Ingin menambah ilmu dulu
Nah, kalau ini belum dapat kerja. Jadi
ingin kuliah dulu, menambah ilmu pengetahuan. Biasanya begitu tamat, belum
punya rencana yang kuat untuk melanjutkan kuliah. Yang ada adalah rencana untuk
melamar pekerjaan ke perusahaan-perusahaan bonafit. Setelah dicoba satu dua
tiga perusahaan, ternyata tidak satupun yang lewat. Ada panggilan wawancara,
tapi pada akhirnya gagal juga. Sehingga jarak tamat dengan masuk kuliah s2
terpaut beberapa masa. Nah, dari pada tidak ada aktifitas yang jelas, sementara
orang tua cukup berada, tidak ada salahnya untuk lanjut kuliah dulu. Apalagi
tidak enak dengan status pengangguran, tidak ada kerjaan, mending kuliah. Kan
di KTP masih bisa “Pekerjaan : Mahasiswa”. Toh kalau ada lowongan yang cocok,
kan sambil kuliah bisa juga meng-applynya.
4. Agar cepat naik karirnya, naik pangkat dan
sertifikasi
Di negara kita kepangkatan berhubungan erat
dengan latar belakang akademik. Di Pegawai Negeri Sipil misalnya, sarjana S1
begitu lulus di terima sebagai pegawai golongan III-a. Kalau S2 atau
keprofesian, golongan III.b. Kalau sudah menempuh pendidikan S3, golongan III.c
pada awal pengangkatannya. Sebagian yang kuliah S2 juga untuk sertifikasi. Guru
misalnya, bisa saja mengikuti program khusus Kulsami alias Kuliah Sabtu
Minggu. Karena pada hari lainnya yang bersangkutan bekerja. Nah, untuk
menunjang karir, sertifikasi, pangkat, maka perlu mengikuti pendidikan S2.
5. Cari ilmu plus jodoh, kalau dapat ya
Alhamdulillah
Nah, kalau yang ini, benarkah ini salah
satu alas annya kenapa S2? Wallahu’alam. Karena pada kenyataannya banyak yang
menemukan jodohnya, justru ketika sudah mengikuti kuliah s2. Bahkan tak jarang
pasangannya adalah teman satu kuliahannnya. Perhatikanlah beberapanya. Itu
nasib mujur namanya. Jodoh dapat, ilmupun dapat. Atau ilmu dapat, jodohpun
dapat.
6. Tugas belajar
Kalau alasan karena tugas belajar, biasanya
untuk mendukung kinerja dari unit atau instansi, maka yang bersangkutan mesti
menempuh pendidikan terlebih dahulu. Bagi tenaga dosen di perguruan tinggi,
menjadi suatu keniscayaan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas keilmuannya.
Begitu juga di beberapa instantasi pemerintah seperti LIPI atau kedinasan.
7. Mumpung ada beasiswa
Banyak beasiswa. Mumpung ada beasiswa,
baiknya lanjutkan kuliah dulu. Beasiswa Unggulan (BU) misalnya, yang menurut
seorang pengelola beasiswa di ITB, “beasiswa banyak, tapi yang mendaftar
sedikit”. Begitu juga kiranya dengan Beasiswa Unggulan. Apalagi sebagian juga
khawatir dengan kontrak, siap mengabdi. Yang pada kenyataannya, tidak juga
semua yang dapat BU harus menjadi dosen. Toh, rekan-rekan saya ada yang bekerja
di beberapa perusahaan asing dan swasta nasional, padahal dulu dapat BU.
8. Tertarik di suatu bidang, dulu merasa
jurusannya kurang pas
Merasa salah jurusan, ternyata bisa juga
lanjut s2 dengan jurusan yang tidak harus linier. Asalkan pihak perguruan
tinggi menerimanya. Biasanya masih satu induk ilmu. Tapi kalaupun tidak satu
induk ilmu, kalau kampusnya menerima, apa salahnya.
9. Pokoknya saya ingin S2
Pokoknya saya mau kuliah S2. “Masalah buat
lo?”
10. Ada lagi yang lainnya?
Dan lain-lain. Innamal a’malu binniyat. Sesunggunya amalan itu tergantung niat. Wa
innama likullimriim ma nawa. Dan
seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Seluruh alas an itu tidaklah
berdiri sendiri. Artinya, untuk satu orang tertentu bisa saja ikut S2 karena
ingin menambah ilmu, naik pangkat sekaligus kalau dapat jodoh, Alhamdulillah.
Atau karena belum dapat pekerjaan, ikut S2, dan taunya dapat tawaran pekerjaan
begitu masuk kuliah seperti ikut project bersama dosennya, dan lain-lain.
Apapun alasannya, pada prinsipnya kita memang dituntut untuk menuntut ilmu.
Tuntut. Bukan dengar tok. Tapi tuntut. Tau tuntut? Tuntut itu aktif, bukan
pasif, apalagi menunggu, mendengar saja atau malu bertanya. Kalau ragu,
tanyakan saja semuanya, sampai dosennya menyerah. Lalu menjadikan pertanyaanmu
sebagai tugas kuliah. “Ya, pertanyaan temanmu tadi agar dicari jawabannya, dan
dikumpul minggu depan”. Huuuuu…..Selamat menempuh pendidikan S2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar